(makalah) Filsafat Ilmu : Pengertian, tujuan, Objek, Dan Kedudukannya



Disusun Oleh :
Muhammad Sodiki 14.50.0021
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
UNISKA BANJARMASIN


Pengertian, tujuan, objek kajian dan Kedudukan Filsafat ilmu

BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya. Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri[1].

Rumusan Masalah
  1. Apa itu pengertian, tujuan, objek kajian filsafat ilmu? dan
  1. Bagaimana kedudukan filsafat ilmu
Tujuan
  1. Untuk mengetahui Apa itu pengertian, tujuan, objek kajian filsafat ilmu.
  1. Untuk mengetahui Bagaimana kedudukan Filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti, objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengidera) yang membuahkan pengetahuan?[2]
Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, karena itu titik tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologis dan terminologis. Tinjauan secara etimologi dan terminologi adalah membahas pengertian secara bahasa dan istilah atau kata dari segi asal usul dan pendapat dari kata itu. Oleh karena itu pengertian filsafat ilmu dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi. Akan tetapi sebelum membahas masalah pengertian filsafat ilmu akan lebih baiknya kita mengetahui apa itu pengertian dari filsafat dan ilmu.


1.Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pyhthagoras[3].
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki pada kata falsafah dari bahasa Arab, philosopy dari bahasa Inggris, philosophia dari bahasa Latin dan philosophie dari bahasa Jerman, Belanda dan Perancis. Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai, sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan[4].
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-Farabi[5] mengartikan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (ilmu itu ada, dengan kehidupan yang ada). Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Francis Bacon filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. Immanuel Kant filsafat sebagai ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Adapun Rene Descartes mengartikan filsafat sebagai kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.[6]
Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menelaah segala sesuatu yang ada secara mendasar dan mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut dengan kata lain filsafat adalah pangkal dari segala ilmu yang ada dalam pemikiran manusia.


2. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alima, ya’lamu, ilman dengan wazan fa’ila, yaf’alu, fa’lan yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science, dari bahasa latin scientia-scire (mengetahui), dan dalam bahasa Yunani adalah episteme.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.[7]
Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakekat ilmu itu sebenarnya. Seperti kata pribahasa Prancis “mengerti berarti memaafkan segalanya”. Tujuan utama kegiatan keilmuan adalam mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas dan sebagainya.[8]
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah:
  1. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mendefinisikan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik.
  1. Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
  1. Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.
Dari beberapa pendapat tentang ilmu menurut para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif.


3.Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para penyelenggara melakukan menyelidikan terhadap objek-objek serta masalah-masalah yang berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri, maka orangpun dapat melakukan penyelidikan lanjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut. Dengan mengalihkan perhatian dari objek-objek yang sebenarnya dari penyelidikan ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu matra baru.[9]
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas dan sempit, filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan dalam yang terdapat di dalam ilmu. Banyak pendapat yang memiliki makna serta penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu. Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan, dkk mengartikan filsafat ilmu dalam empat titik pandang yaitu mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari ilmu, mengasimilasi filsafat ilmu dengan sosiologi, suatu sistem yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasi, dan suatu patokat tingkat kedua yang dapat dirumuskan antara doing science dan thinking tentang bagaimana ilmu harus dilakukan.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah:[10]
  1. Robert Akermann, filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pedapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
  1. Leswi White Beck, filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
  1. Cornelius Benjamin, filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang intelektual.
  1. May Brodbeck, filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
  1. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum menjadi tiga yaitu:
  1. Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
  2. Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan, dan
  3. Studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
Tujuan Filsafat Ilmu

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama.
Fisafat ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah perkembangan ilmu bertujuan: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan medote keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum.[11]
Berdasarkan tujuan filsafat ilmu yang dikemukan oleh Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, maka dapat dikembangkan bahwa tujuan filsafat ilmu mengkaji dan mencari fakta-fakta terhadap pemikiran secara ilmiah dan rasional.


Objek Kajian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal.


Objek Material Filsafat ilmu

Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.

Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
  1. Ada yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
  2. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia dan alam.
Objek Formal Filsafat Ilmu

Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.


Kedudukan Filsafat ilmu
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati. Sementara filsafat  berpikir sampai di belakang dengan fakta-fakta yang sangat nampak.
             Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia[12].
           Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan  penyempurnaan ilmu pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi dan visi penyelidikan ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan ontologisme, epistemologis, dan aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat ilmu melakukan kritik terhadap asumsi dan postulat ilmiah serta analisis-kritis tentang istilah-istilah teknis yang berlaku dalam dunia keilmuan. Filsafat ilmu juga menjadi pengkritik yang sangat konstruktif terhadap sistem kerja dan susunan ilmu[13].
         Pada dasarnya filsafat  bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
          Pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences)[14].

BAB III
PENUTUP


Simpulan

Filsafat Ilmu adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat sangat dibutuhkan dalam membuktikan suatu aksiden atau fenomena dan Subtansi karena dengan filsafat lah bisa terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, karena dengan akal lah bisa membuktikan suatu substansi dan substansi itu terbentuknya dari filsafat. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.  Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.


Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan.Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan pembaca dapat menyampaikan kritik dan juga sarannya terhadap hasil penulisan makalah kami.


DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin Salam. (2005). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Dani Vardiansyah.(2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta: Indeks
Suriasumantri S, Jujun. (2005). Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. (2010). Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset
Asmoro Achmadi. (2010). Filsafat Umum, Jakarta, Rajawali Pers
Muzairi. (2009).  Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras
Peursen, Vav, C.A. (2008).  Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Bandung: Pustaka Sutra
Susanto, A. (2011). Filsafat Ilmu; Suatu Kajian dalam Demensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksara
Delfgaauw, Bernard.(1992). Sejarah Ringkas Filsafat Barat. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
[1] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks, 2008). hlm. 20
[2] Jujun S. Suriasumantri,  Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer (Jakarta. Sinar Harapan. 2005) hlm. 33
[3] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2010), hlm. 2
[4] Muzairi, Filsafat Umum. (Yogyakarta, 2009), hlm. 6
[5] Al-Farabi (870-950), nama lengkap Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan. Sebutan “Al-Farabi” diambil dari nama kota di mana ia dilahirkan, yaitu kota Farab.
[6] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta, Rajawali Pers, 2010), hlm 2-3
[7]C.A. Van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, (Bandung: Pustaka Sutra, 2008). hlm 7-11
[8] Jujun S. Suriasumantri,  Ilmu dalam PerspektifSebuah Kumpulan dan karangan Tentang Hakekat Ilmu. (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 19
[9] Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 2003), hlm. 1
[10] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu. hal. 49
[11] ibid. hlm. 52
[12] Delfgaauw, Bernar,. Sejarah Ringkas Filsafat Barat. (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1992), hlm 123
[13] Ibid, 133
[14] Ibid, 140






Post a Comment

0 Comments