( makalah ) Objek Kajian Filsafat Ilmu : Ontologi, Epistemologi,dan Aksiologi.

Disusun Oleh :Muhammad Sodiki 14.50.0021Jurusan Hukum Ekonomi SyariahUNISKA BANJARMASIN
Latar Belakang
Fungsi utama ilmu pengetahuan yaitu sebagai himpunan ide siatematik dan umum yang merupakan inti dari ilmu pengetahuan modern yang telah berkembang. Yang dimaksud dengan skema konseptual yaitu sistem umum proposisi dari acuan empiris yang menyatakan kondisi penentu di mana fenomena empiris berhubungan satu sama lain. Skema konseptual yang baik merupakan komponen kumulatif yang utama dari ilmu pengetahuan.
Bentuk ideal dari skema konseptual yaitu yang memiliki generalitas yang luas, yakni yang didalamnya jumlah dari kategori konseptual atau variabel kecil dalam artian proporsi umum yang abstrak. Hal seperti ini hanya terdapat dalam ilmu pengetahuan alam, tetapi tidak demikian dalam ilmu pengetahuan sosial. Tetapi skema konseptual memiliki acuan kepada data empiris, maka harus ada teknik untuk mengumpulkan data dan teknik lain untuk menyusun data itu kepada kategori konseptual yang sesuai. Hubungan antara skema konseptual dan teknik bukanlah sesuatu yang sederhana, kendatipun ada ketergantungan satu sama lain.
Rumusan masalah
  • Bagaimana hakikat dari ontologi, epistimologi dan aksiologi dalam ilmu sains ?
  • Bagaimana mengetahui ukuran kebenaran dari sains ?
  • Bagaimana sain dalam menyelesaikan suatu masalah ?
Tujuan
  • Menjelaskan hakikat dari cabang ilmu filsafat, yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi.
  • untuk mengetahuui ukuran kebenaran dari sains
  • Memahami dalam penyelesaian suatu masalah

BAB I PENDAHULUAN
Sebagai ilmu, filsafat tidak hanya kita lihat sebagai pandangan hidup atau falsafah hidup tetapi kita juga dapat melihatnya sebagai ilmu. Pada perkembangan selanjutnya, ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya (Semiawan, 2005).
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia (The Liang Gie, 2004). Sedangkan menurut (Jujun Suriasumantri 2005), filsafat ilmu bertujuan membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis, epistemologis maupun aksiologi. Kemudian, dengan mensyaratkan observasi, sains harus bersifat empiris, baik berhubungan dengan benda-benda fisik, kimia, biologi, dan astronomi maupun berhubungan dengan psikologi dan sosiologi. Inilah karakter sains yang paling mendasar dalam pandangan epistemologi konvensional.
Sains merupakan produk eksperimen yang bersifat empiris. Eksperimen dapat dilakukan, baik terhadap benda-benda mati (anorganik) maupun makhluk hidup sejauh hasil eksperimen dapat diobservasi secara indrawi. Eksperimen pun dapat dilakukan terhadap manusia, seperti yang dilakukan Waston dan penganut aliran behaviorisme klasik lainnya.
Salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan merupakan bagian dari epistimologi sains. Disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya.
Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Secara jelas, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Dalam membahas dimensi kajian filsafat ilmu didasarkan model berpikir sistemik, sehingga harus senantiasa dikaitkan. Oleh karena itu maka setiap berbicara tentang Filsafat Ilmu pastilah salah satunya membicarakan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah memberikan kontribusi pihak-pihak terkait. Di sini manfaat yang dapat diambil makalah ini terbagi dalam sisi teoritis dan prakatis, yaitu:
Secara teoritis hasil dari makalah ini diharapkan mempunyai arti yang positif dan bermanfaat bagi:
Adapun secara praktis hasil makalah ini diharapkan memberi manfaat guru:
 BAB II PEMBAHASAN
Menurut bahasa, Ontology berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada dan merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak (Bakhtiar 2004). Ontology membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada” (Suriasumantri 1985).
1) Hakikat Pengetahuan Sains
Hakikat pengetahuan sains pertama, masalah rasional. Hipotesis harus berdasarkan rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Contohnya adalah “untuk bisa memiliki tenaga maka manusia harus makan, karena itu logis jika manusia tidak makan tubuh menjadi lemas”.Kebenarannya barulah dugaan, tetapi hipotesis tersebut telah mencukupi dari segi kerasionalannya. Dengan kata lain, hipotesis tersebut rasional. Kata ”rasional”disini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat.
Kedua masalah empiris. Cara kerja dalam memperoleh teori itu adalah cara kerja metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah ialah logicohypothetico-verificatif (buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Pada dasarnya cara kerja sain adalah mencari hubungan sebab-akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sain adalah tidak ada kejadian tanpa sebab.
Asumsi ini oleh Fred N. Kerlinger (Foundation of behaviorresearch, 1973;378) dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc (ini tentu disebabkan oleh ini). Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional.
2) Struktur Pengetahuan Sains
Dalam garis besar sains dibagi menjadi dua; yaitu sains kealaman dan sains sosial, yang menjelaskanstruktur sains dalam bentuk nama-nama ilmu.

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan tatu ilmu atau teori pengetahuan. Epistemologi adalah cabang filsafat yang memberikan fokus perhatian pada sifat dan ruang lingkup ilmu pengetahuan. Epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasan-batasannya.
1) Objek Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) adalah semua objek yang empiris sebab bukti-bukti yang empiris diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994:105) menyatakan bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman adalah pengalaman indera.
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali: alam, tetumbuhan, hewan dan manusia dan kejadian-kejadian disekitar alam, semuanya dapat diteliti oleh sain. Dari penelitian itulah muncul teori-teori sain. Teori-teori dikelompokkan dalam masing-masing cabang sain.
2) Cara Memperoleh Pengetahuan Sains
Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan belum didukung oleh empiris. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur oleh akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam.
            Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris yang didasarkan pada pengalaman yang menggunakan indera. Empirisme juga disebut sebagai ilmu bukti, kaum ahli ilmu pengetahuan empiris itu diperoleh dengan jalan observasi (pengamatan) atau experiment (praktik).
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang tertukur. Positivisme mengatakan air kopi ini 80 derajat celcius. Ukuran-ukuran ini operasional, kuantitatif dan tidak memungkinkan perbedaan pendapat. Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam.
Metode Ilmiah mengatakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dilakukan langkah berikut: logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode Riset.
3) Ukuran Kebenaran Sains
Ilmu berisi teori-teori, Seperti dalam teori Sain Ekonomi: bila penawaran sedikit permintaan banyak, maka harga akan naik. Teori ini sangat kuat, sehingga ditingkatkan menjadi hukum yang disebut hukum penawaran dan permintaan. Berdasarkan hukum ini, maka barangkali benar dihipotesiskan: Jika hari hujan terus, mesin pemanas gabah tidak diaktifkan, maka harga beras akan naik.
Jika hari hujan terus, maka orang tidak dapat menjemur padi, penawaran beras akan menurun, jumlah orang yang memerlukan tetap, orang berebutan membeli beras, kesempatan itu digunakan pedagang beras untuk memperoleh untung sebesar mungkin, maka harga beras akan naik. Jika didukung oleh kenyataan (beras naik) maka hipotesis itu menjadi teori, dan teori itu benar, karena ia logis dan empiris.
Jika hipotesis terbukti, maka pada saatnya ia menjadi teori. Jika suatu teori selalu benar, maka teori itu naik tingkat keberadaannya  menjadi hukum atau aksioma. Hipotesis (dalam sain) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya. Belum atau tidak ada bukti empiris bukanlah merupakan bukti bahwa hipotesis itu salah. Hipotesis itu benar, bila logis. Ada atau tidak ada bukti empirisnya adalah soal lain. Kelogisan suatu hipotesis juga teori lebih penting daripada bukti empirisnya.

1) Kegunaan Sains
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya pengetahuan sains memiliki nilai guna yang membatu hubungan kehidupan manusia dengan alam sekitarnya. Paling sedikit ada tiga kegunaan teori sains antara lain sebagai alat eksplanasi, sebagai alat peramal dan sebagai alat pengontrol.
Sains merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem lainnya dalam mempelajari masa lampau, menjalani masa sekarang, serta mempersiapkan untuk masa depan, (T. Jacob, 1993). Menurut teori sains pendidikan, anak-anak yang orang tuanya cerai atau sering disebut broken home, pada umumnya akan berkembang menjadi anak yang nakal. Penyebabnya ialah karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya. Padahal pendidikan dari kedua orang tua amat penting dalam pertumbuhan anak menuju dewasa.
b.) Teori Sebagai Alat Peramal
Ketika membuat eksplanasi, biasanya para ilmuwan telah mengetahui faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala. Dari faktor tersebut para ilmuwan dapat membuat sebuah ramalan atau prediksi. Sebagai contoh, jika banyak kasus perceraian antara hubungan rumah tangga, maka dapat diramalkan bahwa kenakalan remaja akan meningkat, meningkatnya aksi anarkis remaja seperti pada kasus geng motor.
c.) Teori Sebagai Alat Pengontrol
Eksplanasi merupakan bahan untuk membuat ramalan atau prediksi dan alat pengontrol. Perbedaan antara prediksi dengan alat pengontrol adalah prediksi lebih cenderung bersifat pasif, karena ketika timbul gejala tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan terjadi keadaan atau kondisi tertentu pula. Sedangkan alat pengontrol lebih bersifat aktif terhadap sesuatu keadaan, contohnya kita membuat tindakan efektif yang mampu meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari adanya suatu gejala tersebut.
2) Cara Sains Menyelesaikan Masalah
Dalam menyelesaikan masalah ada beberapa langkah di dalam sains yaitu pertama, dengan mengidentifikasi masalah. Dalam mengindentifikasi masalah ini biasanya dilakukan sebuah penelitian untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan mengetahui secara lebih mendetail pada gejala yang timbul di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, dengan mencari teori tentang sebab-akibat yang diambil dari sebuah literatur.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui beberapa teori yang menjelaskan penyebab dari gejala yang timbul. Ketiga, dengan membaca kembali literatur. Setelah mengetahui penyebab dari gejala yang timbul maka kita harus membaca kembali literartur untuk mengetahui tindakan apa yang paling tepat untuk mengatasi gejala-gejala tersebut.
3) Netralitas Sains
Netral biasanya diartikan tidak memihak. Dengan kata lain sains disebut netral artinya adalah sains tidak memihak pada kebaikan dan tidak juga pada kejahatan selain itu sains juga tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan maupun tidak sopan. Sains hanya memberikan nilai benar atau salah. Pengertian tersebut menyebabkan bahwa sains itu netral atau sering diganti dengan istilah sains bebas nilai (value free) bukan terikat nilai (value bound).
Sains dianggap netral memiliki keuntungan dan juga kerugian sebagai berikut, apabila sains sebaiknya netral maka dampak positif yang diberikan adalah perkembangan sains akan cepat terjadi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya halangan dalam penelitian ketika memilih objek yang hendak diteliti, cara meneliti dan ketika menggunakan hasil penelitian. Di sisi lain, sebagian orang yang menganggap sains tidak netral, akan membatasi penelitian dalam memilih objek penelitian, cara meneliti ataupun menggunakan produk penelitian.
Suatu contoh ketika kita akan meneliti anatomi dan cara kerja jantung manusia, orang yang beranggapan bahwa sains tidak netral akan mengambil jantung hewan yang paling mirip anatominya dengan jantung manusia, akan meneliti jantung tersebut dengan cara tidak menyakiti hewan penelitiannya, dan menggunakan hasil dari penelitian tersebut hanya untuk kebaikan. Sedangkan, orang yang beraliran sains itu netral, kemungkinan akan mengambil jantung dari seorang tunawisma, tanpa mempedulikan objek penelitiannya merasa menderita atau tidak, serta menggunakan hasil dari penelitian tersebut secara bebas.
Paham sains netral sebenarnya telah melawan atau menyimpang dari maksud penciptaan sains, yang semula sains digunakan untuk membantu manusia dalam menghadapi masalah tetapi ini malah menambah masalah baru. Berdasarkan uraian sederhana sebelumnya, dapat disimpilkan bahwa  yang paling bijaksana adalah kita memihak pada pemahaman bahwa sains tidaklah netral. Sains adalah bagian dari kehidupan, sementara kehidupan secara keseluruhan tidaklah netral.
4) Pengembangan Ilmu
Solly Lubis (2012) mengatakan dasar pendekatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan adalah sama, tetapi di dalam perkem­bangan metode yang digunakan mengalami perbedaan dalam penggu­naan pendekatan metode penelitian. Penelitian dapat berperan dalam ilmu pengetahuan di dalam hal berikut: Pertama, menemukan bidang baru pengetahuan dengan penemuan dan motivasi. Kedua, memantapkan dan mengukuhkan bidang baru itu melalui pengujian atas hipotesis yang relevan dengan bidang ilmu yang dikaji. Ketiga, mengembangkan jangkauan wewenang ilmu itu dengan teori dan disiplin.
Pernikiran rasional yaitu setiap pemikiran yang sesuai dengan norma-norma logika. Yang dimaksud di sini yaitu membedakan benda-benda tidak identik dan diikuti dengan proses penalaran silogistik tentang hubungan dari benda atau sesuatu. Tetapi rasionalitas logis tidak mempunyai hubungan satu-satu dengan ilmu pengetahuan, sebab rasionalitas juga menjadi sumber yang lainnya, seperti keindahan, rasa, dan etik. Ilmu pengetahuan hanya ada jika sesuatu yang tersedia untuk dirasakan oleh indra kita atau oleh instrumen ilmiah. Oleh karena itu ilmu pengetahuan harus rasional dan empiris.


DAFTAR PUSTAKAThe Liang Gie. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.
Jujun S. Suriasumantri. 2005 Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar Harapan.
Madyawati. 2014. Filsafat Ilmu Dalam Pengetahuan Sains ,(Online),             (https://blogmadyawati.wordpress.com/2014/04/01/filsafat-ilmu-bk/, diakses 14 Oktober   2016).
Burhanuddin. 2012. Epsitemologi, Ontologi, Aksiologi Dalam Pengetahuan Sains di Filsafat Ilmu,             (Online). (https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/epistimologi-ontologi-      dan-aksiologi-pengetahuan-sains_2013_1.pdf, diakses 13 Oktober 2016)
Reisye. 2012. Filsafat Ilmu tentang Epistemologi Sains, (Online),             (http://fgreisye.blogspot.co.id/2012/08/filsafat-epistemologi-sains.html, diakses 13             Oktober 2016)
Burhanuddin. 2012. Pengetahuan Sains tentang Tinjauan Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi, (Online), (https://afidburhanuddin.wordpress.com/2012/09/23/pengetahuan-sains-     tinjauan-epistimologi-ontologi-aksiologi/, diakses 13 Oktober 2016)
Herman. 2014. Pengetahuan Sains tentang Netralitas Sains, (Online),             (http://hermanpelangi29.blogspot.co.id/2014/11/netralitas-sains-knowing-etika.html,          diakses 14 Oktober 2016)
Semiawan, C. dkk. 2005. Panorama Filsafat Ilmu Landasan Perkembangan Ilmu Sepanjang Zaman. Jakarta : Mizan Publika.
Cecilia, B . 2014 AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN DAN MANFAATNYA BAGI MANUSIA,(online).

Post a Comment

0 Comments